Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Sebentar

Gambar
       Sebentar Karya, Maspupah Septiani      S uasana penuh dengan duka. Kesedihan yang sangat mendalam dirasakan keluarga, apalagi orang tua. Kepergian gadisnya, secara tiba-tiba membuat ibunya sangat terpukul. Para saudara, tetangga dan sahabat mengunjungi rumah duka.      Mentari pagi ini terasa lebih cerah, namun entah mengapa rasanya begitu mendung. Dibawah pohon yang rindang, tanah merah yang sedikit basah akibat hujan semalam. Orang-orang berkumpul melihat jasad yang dimasukkan ke liang lahat tempat peristirahatan terakhirnya.      Isakan yang terdengar sangat pilu dan menyayat hati. Saudaranya merangkulan bahu ibunya sangat erat, mencoba untuk tetap tegar dalam menghadapi kehidupan ini. Doa dan ucapan turut berduka cita menguatkan hati untuk menerima dengan ikhlas bahwa semuanya akan kembali kepada-Nya.      Tanah itu sudah dipenuhi oleh bunga, ditatap papan itu dengan nama, tanggal lahir dan ...

Bukan Cerita Kabayan

  Bukan cerita Kabayan Karya, Maspupah Septiani H idup sudah setengah abad. Rasmi, perempuan paruh baya menikah dengan laki-laki yang dulu sangat mencintainya. Laki-laki itu bernama Fardi. Fardi menikah dengan Rasmi empat puluh tahun yang lalu.      Rasmi di karuniai dua orang anak. anak pertama dia adalah perempuan, dia sudah menikah. Dan anak kedua dia adalah laki-laki.      Mereka tinggal di sebuah rumah yang sederhana, dengan halaman rumah yang terdapat sebuah teras yang terbuat dari bambu, yang sudah terlihat reyot.      Setiap hari Rasmi harus pergi ke ladang untuk mengembala kambing yang dia punya. tetapi jika musim cocok tanam ataupun panen, orang atau tetangga akan menyuruhnya bekerja di sawah – nya. Atau istilahnya Kuli di sawah orang lain dan dibayar dengan upah.      Sama dengan Aki Fardi sebutan orang-orang. Dulu, sebelum dia pikun , dia mempunyai peliharaan yaitu sapi. Itupun sepuluh tahun yang lal...

Fani, "deadliners"

  Fani, “ deadliners”  Karya, Maspupah Septiani      S uara hewan malam yang berbunyi mengisi malam sunyi. Didalam kamar dengan lampu yang temaram, seseorang sedang duduk diatas karpet membungkuk sambil mengerjakan tugas dari dosennya. Wajahnya sangat serius dan beberapa kali menghela nafas berat.      Beberapa buku berserakan disekitarnya. Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, sesekali mulutnya menguap lebar, mata yang berair dan beberapa kali mengganti posisi belajarnya.      Tepat pukul dua belas malam, Fani. Merenggangkan ototnya yang kaku, kemudian menghela nafas dan mengeluarkannya secara kasar.      Fani memeriksa lagi tugas yang sudah diselesaikannya, matanya bergulir ke kanan dan ke kiri, sesekali dahinya mengernyit dan juga tampak berpikir. Tugas hari ini cukup menguras otaknya.      Setelah selesai, Fani mulai merapikan buku-buku yang berserakan kemudian di simpan dirak bu...
  ES KRIM UNTUK KINAN -----      G adis kecil berkulit cokelat sedang merengek kepada ibunya, yang sedang duduk sembari membujuk anaknya yang sedang meminta es krim.      Berbagai macam cara ibunya membujuk anaknya supaya tidak menangis. Lantas ibu menggendong tubuh gadis kecil itu kepangkuannya.      “Cup cup cup… nanti ya, uangnya minta sama bapak.” ibu menatap si kecil dengan hangat dan menggendongnya kesana kemari, menenangkan.      Tangis gadis kecil itu tampak mereda, namun masih ada segukan yang keluar dari mulutnya akibat menangis terlalu lama.      Kemudian ibu mengusap air mata di pipinya dan mengelus rambut yang menutupi dahinya dengan sayang.      “Mah, nanti kalau Bapak datang. Kinan mau es krim, es krim yang pake wadah itu.” Kinan, ucap gadis kecil itu yang terus mengadu kepada ibunya yang sesekali mengusap hidungnya yang keluar ingus. “Yang kaya Bibi beli itu,” Lan...