ES KRIM UNTUK KINAN
-----
Berbagai macam cara ibunya membujuk anaknya supaya tidak menangis. Lantas ibu menggendong tubuh gadis kecil itu kepangkuannya.
“Cup cup cup… nanti ya, uangnya minta sama bapak.” ibu menatap si kecil dengan hangat dan menggendongnya kesana kemari, menenangkan.
Tangis gadis kecil itu tampak mereda, namun masih ada segukan yang keluar dari mulutnya akibat menangis terlalu lama.
Kemudian ibu mengusap air mata di pipinya dan mengelus rambut yang menutupi dahinya dengan sayang.
“Mah, nanti kalau Bapak datang. Kinan mau es krim, es krim yang pake wadah itu.” Kinan, ucap gadis kecil itu yang terus mengadu kepada ibunya yang sesekali mengusap hidungnya yang keluar ingus.
“Yang kaya Bibi beli itu,” Lanjut Kinan.
Es krim. Kinan ingin membeli es krim yang ada di tv dan kebetulan Bibinya membeli es krim itu, Kinan memakan Es krim itu ketika bermain di rumah Bibinya namun hanya sedikit. Kinan masih ingin memakan Es krim itu yang ternyata rasanya enak apalagi rasa cokelat.
“Iya, nanti bilang. Tapi jangan nangis lagi ya?” Ibu terus mengusap punggung Kinan lalu menurunkan Kinan dalam gendongannya.
Kinan mengangguk mengerti.
Kemudian Kinan duduk disamping ibunya. Kinan memang dekat dengan ibunya daripada Bapaknya, mungkin karena Bapaknya yang selalu mementingkan pekerjaannya atau mungkin karena jarang meluangkan waktu untuk memberikan perhatian kepada Kinan.
Kinan baru memasuki sekolah TK, di usianya masih ingin itu ingin ini. Mencoba hal baru dan meminta ini itu yang kadang tidak bisa ditunda.
Ketika sore sudah tiba. Mentari sudah dipelupuk timur, orang-orang yang baru pulang bekerja. Terutama Bapak dengan pakaian yang dipenuhi semen yang berkerak dan beberapa percikan pasir di bajunya. Bapak kerja kuli bangunan.
Muka letih, sorot mata yang lelah dengan langkah kaki yang seperti berat. Bekerja dari pagi hingga sore namun tidak membuatnya berputus asa demi keluarganya dan makan sehari-harinya.
Bapak menenteng sebuah keresek hitam. “Kinan! nih Es krim teh.” Ucap Bapak ketika memasuki rumah.
Kinan yang sedang bermain, menoleh dan langsung berlari menghampiri Bapaknya. Dengan wajah yang berseri, Kinan mengambil Es krim itu dari tangan Bapaknya.
Kinan bersorak gembira.
Kinan langsung berlari menghampiri ibunya yang sedang memasak didapur, untuk membukakan Es krim itu.
“Mah, bukain Es krimnya!” Kinan menyodorkan Es krim tersebut kearah ibunya dengan tidak sabar.
Ibu yang sedang masak menatap Kinan dan juga Es krim itu secara bergantian.
“Iya, sebentar.” Ibu langsung membukakan Es krim itu.
Mata Kinan bersinar.
Kinan langsung mengambil sendok bersiap untuk memakan Es krim.
“Nih! Coba mamah nyobain,” Kinan memberikan sendok itu ke Mamahnya.
Melihat Mamahnya yang sedang memakan Es krim, membuat Kinan sungguh tidak sabar untuk memakannya. Tanpa sadar Kinan menelan air liurnya.
Es krim itu sangat dingin ketika digenggaman tangan Kinan, membuat Kinan langsung meletakan diatas meja. Perlahan Kinan menyendokan sedikit Es krim, lantas menjilat Es krim sedikit demi sedikit.
“Hmm… enak.” Gumam Kinan yang masih merasakan Es krim di mulutnya.
Kinan sangat senang, setelah keinginannya kemarin ingin Es krim kini tercapai.
Keesokan harinya, Es krim itu tinggal sedikit lagi. Kinan berniat memakan Es krim itu nanti siang. Jadilah, es krim tersebut disimpan pada lemari es.
Hari ini Kinan kembali bermain ke rumah Bibinya, dia bercerita kepada Bibinya membeli Es krim yang sama seperti Bibinya.
Kinan bermain bersama sepupu. Di rumah Bibinya sampai sore. Tepat saat itu sepupunya Kinan meminta membelikan lagi Es krim yang dia beli karena Es krim yang dia beli sudah habis. Sepupunya Kinan nangis merengek kepada ibunya. Kinan yang melihat sepupunya menangis memilih pulang karena memang hari sudah sore.
Ketika sampai dirumah, Kinan langsung memasuki rumah dan melihat Es krimnya yang ada di lemari es. Dan ternyata Es krimnya habis dimakan oleh, pamannya. Yang memang seumuran dengannya.
Kinan menangis kepada ibunya. Es krim yang dia sudah sisakan untuk dimakan nanti malah habis dimakan oleh pamannya. Kinan ingin kembali membelikan lagi Es krim yang sama dan Kinan juga bercerita bahwa sepupunya membeli lagi Es krim yang sama.
“Mah, mau beli Es krim lagi kaya kemarin.” Kinan terus menangis sesegukan.
Ibunya terus membujuk Kinan untuk berhenti menangis, sampai tiba-tiba Bapaknya Kinan pulang. Seperti biasa Bapak sudah pulang dari pekerjaannya. Dengan wajah yang lelah dan langkah yang gontai memasuki rumah. Tanpa menghiraukan Kinan yang terus menangis.
Namun lama kelamaan mendengar Kinan menangis Bapak tiba-tiba membuang wadah Es krim ke kebun yang ada didepan rumah.
Dengan wajah yang menahan amarah Bapak membentak Kinan yang sedang menangis didekat ibunya.
“Sudah, jangan membeli Es krim itu lagi. Mahal! Segitu juga sudah Bapak belikan.” Mata Bapak memerah dan giginya sedikit menggeretak.
Ibu Kinan hanya diam sambil mengusap punggung anaknya.
Wajah Kinan semakin takut ketika Bapak berucap demikian, Kinan menundukan kepalanya. Kemudian menangis kembali, Namun ibunya membujuk untuk berhenti.
“Sudah, jangan nangis lagi. Takut sama Bapak.” Ujar Ibu lirih.
Kinan menangis tanpa suara, dia masih terkejut dengan bentakan itu. Kinan melihat wadah Es krim itu yang tergeletak ditanah, Kinan kembali menangis sesegukan tanpa suara.
Kinan, Gadis kecil yang menginginkan Es krim lagi. Sebab Es krim yang dia simpan dihabiskan oleh pamannya, harus menerima bentakan Bapaknya. Memang harga Es krim itu pasti sangat mahal, karena membelinya saja harus ke mall.
Kinan sakit hati, pertama kalinya dia dibentak Bapaknya. Padahal dia hanya seorang anak kecil yang sifatnya masih kanak-kanak. Tetapi ibunya selalu memberikan perhatian supaya Kinan mengerti situasi Bapaknya.
TAMAT
Komentar
Posting Komentar