Bukan Cerita Kabayan
Bukan cerita Kabayan
Karya, Maspupah Septiani
Hidup sudah setengah abad. Rasmi, perempuan paruh baya menikah dengan laki-laki yang dulu sangat mencintainya. Laki-laki itu bernama Fardi. Fardi menikah dengan Rasmi empat puluh tahun yang lalu.
Rasmi di karuniai dua orang anak. anak pertama dia adalah perempuan, dia sudah menikah. Dan anak kedua dia adalah laki-laki.
Mereka tinggal di sebuah rumah yang sederhana, dengan halaman rumah yang terdapat sebuah teras yang terbuat dari bambu, yang sudah terlihat reyot.
Setiap hari Rasmi harus pergi ke ladang untuk mengembala kambing yang dia punya. tetapi jika musim cocok tanam ataupun panen, orang atau tetangga akan menyuruhnya bekerja di sawah – nya. Atau istilahnya Kuli di sawah orang lain dan dibayar dengan upah.
Sama dengan Aki Fardi sebutan orang-orang. Dulu, sebelum dia pikun , dia mempunyai peliharaan yaitu sapi. Itupun sepuluh tahun yang lalu. Kini Aki Fardi hanya pergi ke sawah untuk mencari kayu bakar lalu dia kembali kerumah dan pergi lagi entah kemana.
Sikap Aki Fardi karena kepikunannya membuat Rasmi sedikit kesal. Setiap hari ada saja yang dicekcokkan, entah itu karena perilakunya yang aneh atau kelakuannya yang membuat tetangga banyak terganggu akan kelakuannya.
Setelah selesai shalat subuh, Rasmi bersiap untuk masak nasi menggunakan kayu bakar. Tidak ada kompor ataupun Magic Com. Setelah selesai, dia bersiap ke ladang karena ada yang menyuruhnya untuk panen padi. Dengan pakaian dinas nya, dia terlihat bersemangat untuk mendapatkan upah yang memang hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Pulang dari ladang, terlihat wajah yang lelah. sayup mata memandang dan langkah yang begitu dalam. Rasmi menghela nafas lelah kemudian duduk diteras itu beristirahat sejenak. Sudah terdengar seseorang bershalawat di masjid, hewan malam mulai keluar. Waktu begitu cepat.
Namun ada yang mengganggu waktu istirahatnya.
Terlihat Aki Fardi sedang mencari-cari sesuatu dengan meraba-raba setiap sudut rumah, mata yang sudah rabun dan langkahnya yang sudah melambat. Entah apa yang dicarinya.
“Cari apa Aki?” Rasmi menghampiri Aki dengan sedikit sebal.
“Itu yang suka dipake,” Aki memperagakan dengan tangannya yang dipukul-pukul. Lantas Rasmi mengernyitkan dahinya.
“Sendal?” tanya Rasmi sekali lagi.
“Iya, yang suka digini-gini,” Aki Fardi kembali menggerakan tangannya keatas dan kebawah tidak jelas.
Rasmi yang sudah tidak paham, meninggalkan Aki Fardi sambil menenteng handuk dan bergegas untuk melaksanakan kewajibannya.
Ternyata Aki Fardi masih mencari itu barang. Rasmi yang sudah melaksanakan shalat, merasa jengah dengan tingkah Aki Fardi yang pelupa. Bahkan barang yang dia simpan sendiri lupa.
“Aki teh, cari apa? Dari tadi karalang kuriling. Pusing liatnya juga.” Aki Fardi tersentak kaget.
Aki Fardi pergi ke kamar masih dengan kepala yang melihat kesana kemari mencari sesuatu.
***
Pagi harinya Aki Fardi merecoki Rasmi yang sedang memasak. Sedari tadi Aki Fardi terus menanyakan barang yang hilang kemarin.
“Astagfirullah Aki.” Pekik Rasmi dengan sebelah tangannya yang sedang memegang Hihid yang diacung-acungkan didepan muka Aki Fardi.
Aki Fardi tidak sengaja menyenggol boboko yang berisi nasi yang hampir tumpah. Kemudian Aki Fardi membenarkan letak boboko itu.
“Aki teh cari naon atuh? Pusing ningali nage,” teriak Rasmi didepan muka Aki Fardi.
“Kenapa Mak? Teriak-teriak pagi-pagi.” tiba-tiba anak laki-laki Rasmi muncul dari dalam rumah untuk pergi ke kamar mandi.
“Tuh! Aki, udah tahu lagi masak. Malah nyenggol boboko untung gak tumpah itu nasi.”
“Gak tahu, dari kemarin nyari apa? Udah tahu pikun, kalau nyimpen barang suka ditempat yang tersembunyi. Kesel liatnya juga.” ucap Rasmi lagi.
“Yaudah atuh Mak. Namanya juga udah pikun, mau gimana lagi? Harus kita yang sabar.” Balas anak laki-laki Rasmi.
“Sok tanya coba, cari apa gitu? Emak udah pusing.” Rasmi melengos pergi sambil menyimpan hihid yang dia pegang ditempatnya.
Anak laki-laki Rasmi menghampiri Aki Fardi yang masih mencari sesuatu.
“Cari naon Aki?” tanyanya lembut.
Aki Fardi menoleh sejenak. Tetapi tidak menjawab pertanyaan anaknya.
Dengan sabar anaknya membantu mencari apa yang dicari Aki Fardi. Setelah beberapa menit kemudian. sebuah kantung plastik yang berisi alat rokoknya yang digulung rapi tersimpan dibawah bantal.
“Ini bukan Aki?” tanya sang anak sambil menunjukan kantung plastik itu.
Aki Fardi mengambil kantung plastik itu dan dilihat isinya. Tiba-tiba raut mukanya berubah menjadi senang. “Tah ieu.”
Sang anak hanya mendengus kesal.
“Makanya kalau simpan sesuatu itu di tempat yang terbuka gak usah disembunyi-sembunyiin, siapa juga yang mau nyari?” sang anak melengos pergi ke kamar mandi.
Aki Fardi hanya terkekeh pelan. Kemudian menghampiri Rasmi yang sedang member makan ayam peliharaannya.
“Nih, udah ketemu!” Rasmi hanya mendelik kesal.
SELESAI
Kata :
Hihid : Kipas dalam bahasa sunda.
Boboko : Wadah nasi yang terbuat dari bambu.
Karalang-kuriling : Keliling-keliling.
Ningali Nage : Llihatnya juga.
Naon : Apa.
Komentar
Posting Komentar