Uang Lima Ratus Rupiah

 

Uang lima ratus rupiah

Karya, Maspupah Septiani


    Aku merasa tidak berguna, bagaimana hidupku penuh dengan hinaan. Aku sempat menyesali untuk hidup. Dulu aku begitu dijunjung tinggi, orang-orang menghargaiku, membawaku kemanapun dan aku bisa membuat perut manusia kenyang.

    Kini berbeda. Orang menggunakan aku hanya untuk memberikannya ke tukang parkir atau menggunakan aku sebagai kerokan, yang digosok pada permukaan kulit yang kotor.

    Tidak ada lagi harga dalam hidupku. Aku sempat ingin dihilangkan oleh para manusia yang serakah. Aku diambang ketakutan yang sangat besar.

    Aku menangis berderai air mata, di pojok kamar yang sangat sempit aku termangu. Begitu buruknya aku?

    Ina. Memasuki kamarnya yang sempit, lalu matanya bergerak kesana kemari mencari sesuatu. Disibakan selimut, namun tidak ada. Lalu diatas meja belajar, tidak ada. Dan hingga akhirnya matanya menangkap sesuatu yang mengkilap dipojok kamarnya.

    Wajahnya langsung sumringah, dan langsung mengambil barang itu. Barang yang Ina cari uang lima ratus.

“Yeay… ketemu!” Ina berjingkrak senang dan langsung keluar dari kamar.

“Mah, ketemu.” Ina memperlihatkan uang lima ratus itu pada ibunya yang sedang menunggunya di ruang tengah.

Ibu tersenyum.

    Ina menaruh uang lima ratus itu dibawah kertas, sambil memegang pensil, Ina mulai menjiplak, menebalkan coretan diatas uang lima ratus itu. Diatas kertas itu terlihat gambar uang lima ratus dengan angka lima ratus. Kemudian Ina membalikkan uang lima ratus itu dan – lagi terlihat gambar burung garuda yang tercetak.

    “Udah. Selesai.” Ina bersorak gembira tugas dari sekolahnya sudah selesai.

Mencetak uang lima ratus.

    Aku tersenyum sangat lebar. Aku senang bisa membuat manusia tersenyum dan bisa membantu menyelesaikan tugas dari sekolahnya.

    Aku cukup terhibur, dengan hal ini. Meskipun aku kecil, dan banyak kekuranganku. Ternyata masih ada manusia yang ingin menggunakan aku.

    Ina menyimpan uang lima ratus itu kedalam tempat pensilnya. “Mah, ini uang lima ratusnya Ina simpan ya.”

“Iya masukin celengan,”

Ina mengangguk.

    Aku kembali tersenyum dan kini sangat amat senang. Aku tidak akan lagi merasa kesepian dan aku akan mempunyai banyak teman. Aku senang mempunyai Ina, aku sangat menyayanginya.

    Aku akan mempunyai banyak teman. Aku tidak sendirian lagi. Namun disisi lain aku juga merasa kasihan, ternyata mereka juga sama seperti aku.

“Aku senang bisa punya teman banyak, itu berarti aku tidakperlu lagi sendirian.”

“Aku benci dengan diriku yang seperti ini.”

“Apakah cuma diriku yang merasa buruk?”

    Ungkapan -  uangkapan itu terus terucap ketika Aku dan teman-teman aku berkumpul. Ternyata ada yang lebih sedih lagi daripada cerita Aku.

    “Tidak usah merasa buruk, dan hina. Semua hal ada manfaatnya. Apakah itu hal besar ataupun kecil, tapi kita punya kelebihan itu.” Aku mencoba untuk menghibur dengan ucapan ku yang memang untuk diri aku sendiri, dan juga kepada teman-temanku.

Teman-temanku hanya diam. Dan aku juga terdiam.

“Aku menyadari bahwa aku tidak pernah bersyukur.”




SELESAI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERITA HARI INI